Netizen : Kenapa Acara TV Tidak Berkualitas Dan Mendidik?
- Dewisri Mulyanita
- Jan 16, 2022
- 5 min read
Mengulas Acara Televisi yang (Dianggap) Ga Berkualitas

Ga jarang ada orang, terutama netizen yang bilang, “acara TV yang sekarang, kok, ga mendidik? Ga kaya zaman dulu” atau “acara TV udah ga berkualitas, nih”. Sebagian dari orang yang membaca ini mungkin juga sepakat dengan kata-kata itu. Karena perbedaan pendapat dan debat kusir yang terus ada, ada baiknya kalo kita coba ulas maksud dan alasan dari 2 pernyataan tersebut.
Untuk memudahkan dalam memahami poin bahasan, isi dari artikel ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Definisi
Televisi Sebagai Bisnis
Tren Pasar
Tambahan
Solusi
Definisi
Sebelum masuk ke pembahasan, ada baiknya jika kita menyatukan pemahaman mengenai definisi dari “kualitas” dan “mendidik” sesuai dengan konteksnya. Arti kedua kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah:
Kualitas = tingkat baik buruknya sesuatu; kadar.
Mendidik = memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) soal akhlak dan kecerdasan.
Baik dan buruk bersifat subjektif. Maka, disini kita menggunakan “baik” dan “buruk” menurut pandangan umum masyarakat.
Kualitas acara TV ini bisa dinilai dari berbagai segi. Jika dilihat dari segi produksi, acara yang berkualitas adalah yang digarap dengan persiapan dan eksekusi yang total. Contohnya, film layar lebar, Gundala (2019) dan Imperfect (2019). Sedangkan, dari segi bisnis, kualitas acara akan mengikuti pasar/konsumen. Jika pasar terbiasa, tidak masalah atau bahkan menyukai kualitas produksi yang berbeda dengan standar orang kota, tentu TV akan menyesuaikannya. Dari segi isi konten/acara, kembali lagi ke tujuan awal dari dibuatnya acara itu. Contohnya, tujuannya adalah hiburan, maka, hal lain (misal, pendidikan) yang didapat merupakan bonus saja.
“Acara yang mendidik” ini ditujukan kepada siapa? Pertama, kita perlu luruskan maknanya. Sebagian orang menganggap bahwa “mendidik” atau “pendidikan” adalah hal yang (biasanya hanya) dilakukan di sekolah untuk anak-anak (6-17 tahun). Anak-anak dianggap masih belum mampu memahami beberapa hal dalam hidup. Maka, orang dewasa memiliki ekspektasi bahwa anak-anak hanya perlu selalu diberikan pengajaran yang baik sesuai usianya. Padahal, anak juga perlu sesekali mengetahui dan memahami apa yang terjadi di dunia orang dewasa dengan tetap diberikan bimbingan.
Sementara, sebenarnya “mendidik” atau “pendidikan” itu bisa didapatkan darimana, kapan saja dan dalam berbagai bentuk. Semua umur sangat bisa mendapatkannya. Hanya saja, pendidikan yang diperlukannya berbeda untuk tiap umur dan tiap orang sesuai dengan kebutuhannya. Contohnya, anak SD perlu belajar menghitung pengurangan pada usianya, sedangkan mahasiswa perlu belajar menghitung data (statistik) untuk kebutuhannya, yaitu menyusun tugas akhir.
Maka, dalam artikel ini, kita akan mengartikan kata “mendidik” untuk semua kalangan umur.
Televisi Sebagai Bisnis
Tentu saja TV berupa bisnis yang bergerak dibidang hiburan. Sebagai bisnis, ada perizinan yang harus didapat. Sebagian netizen menganggap pemerintah (KPI) tidak melakukan apa-apa terhadap tayangan distasuin TV yang dianggap kurang berkualitas dan mendidik. Padahal ada undang-undang yang mengatur tentang isi siaran, yaitu pada pasal 36 ayat 1 No. 32 tahun 2002 yang berbunyi:
Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
Dengan mengacu pada pasal tersebut, jika diperhatikan, isi siaran/acara TV yang sekarang mengandung hal-hal tersebut. Tapi dengan kadar yang berbeda. Contohnya, acara-acara untuk hiburan ada 5, sedangkan acara-acara untuk pendidikan hanya 2. Terlebih lagi, ada perizinan untuk setiap acara. Tentunya, KPI telah mengecek apakah acaranya sesuai dengan UU atau tidak. Simpulan dibagian ini adalah acara TV sebenarnya mendidik tapi bentuk konten/acara dan kadarnya yang berbeda.
Lalu, tujuan utama dari bisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan atau profit. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah keuntungan. Faktor paling utama adalah target pasar. Mudahnya, target pasar adalah orang-orang yang berada dikalangan dengan kemungkinan tertinggi untuk menjadi konsumen suatu produk. Dalam hal ini, produk utamanya adalah acara TV. Detail target pasar biasanya tidak dipublikasikan secara terang-terangan. Tapi bisa diprediksi melalui teknik pemasarannya.
Tren Pasar
Mudahnya, tren pasar adalah perkembangan pasar yang banyak disukai konsumen. Contohnya, remaja sedang menyukai dan banyak membicarakan mengenai drama Korea. Sedangkan, remaja adalah target pasar suatu stasuin TV. Maka, stasuin TV tersebut mengikuti tren, lalu menayangkan drama Korea distasuinnya. Tren pasar yang difokuskan TV tidak hanya dari acara, tapi juga bisa musik, fashion, hobi, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dari target pasar. Dengan perkembangan yang ada, acara yang ditayangkan juga harus mengikuti trennya agar tidak merugi besar.
Dizaman digitalisasi ini, opsi hiburan selain TV semakin terbuka lebar. Sebagian penonton TV berpindah ke digital (karena banyaknya jenis acara dan kemudahan akses). Ini adalah salah satu tren pasar. Maka, stasuin TV harus menyesuaikan acara. Selain dengan membuka platform digital (contohnya, VISION+), TV juga harus memperbarui target pasarnya. Mengenai siapa yang memiliki kemungkinan tertinggi untuk menonton TV.
Untuk memudahkan pengambarannya, saya akan memberikan salah satu contoh nyata, sebagai berikut:
Tren pasar : digitalisasi
Solusi untuk TV : memperbarui target pasar
Target pasar berdasarkan umur : ibu rumah tangga
Target pasar berdasarkan lokasi : orang-orang yang tinggal di pinggiran ataupun pedesaan (masyarakat rural). Ferry Irawan menyatakan bahwa menurut suvei pada 2018, pertumbuhan penonton tertinggi di Indonesia adalah pada masyarakat rural karena dipengaruhi oleh akses hiburan yang lebih terbatas dibanding masyarakat urban atau pusat kota.
Pertimbangan : ketertarikan dan kemampuan mereka dalam menangkap informasi. Hal ini adalah salah satu pertimbangan untuk kualitas yang akan diberikan.
Acara sebagai hasil (output) : dilansir dari Warta News, daftar rating TV tertinggi pada 23 Juni 2021, yaitu:
Ikatan Cinta
Amanah Wali 5
Buku Harian Seorang Istri
Badai Pasti Berlalu
Putri Untuk Pangeran
Tambahan
Apa yang mempengaruhi pasar tersebut (masyarakat rural) cukup mendominasi?
Berdasarkan pernyataan Ferry Irwandi dan Cania Citta, pasar tersebut tercipta dari kesenjangan sosial atau strata kelas di masyarakat. Faktor yang memengaruhinya, yaitu:
Pendidikan
Profesi
Lingkungan
Akses hiburan
Hak istimewa
dan lainnya
Bagaimana penurunan kualitas acara terjadi?
Gita Sinaga, aktris senior, menyatakan bahwa skenario sinetron dan FTV mengalami penurunan kualitas dari tahun ke tahun. Selain karena tren pasar, perubahan skrip yang cepat juga menjadi salah satu faktor. Perubahan skrip juga dipengaruhi oleh minute-by-minute rating.
Selain itu, kualitas disini bersifat subjektif, tapi banyak yang menganggap terjadi penurunan. Sebenarnya yang terjadi adalah perubahan yang dipengaruhi tren pasar. Jika diambil contoh, sinetron semakin dianggap tidak mendidik karena sedikitnya pelajaran yang dapat diambil. Hal ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya opsi hiburan lain dan stigma bahwa belajar itu hanya disekolah. Jadi, TV harus membuat acara yang semenarik mungkin untuk target pasarnya dengan cara apapun, bahkan dengan menurunkan kualitas beberapa acaranya.
Solusi
Jika ingin meningkatkan kualitas acara TV:
Menurut Deddy Corbuzier, TV perlu satu per satu mengubah kualitas acara ke arah yang positif, maka perlahan kualitas penonton akan berubah dari negatif ke positif. Contoh nyatanya adalah acara Hitam Putih di Trans7. Dipertahankan selama 10 tahun (pada 2019) sampai rating-nya bagus, sampai penonton terbiasa.
Menurut Gita Sinaga, seluruh acara TV perlu menaikkan kualitas penyajiannya, maka penonton mau tidak mau (secara perlahan) akan berubah dan mengkonsumsinya.
Dari sumber lain yang pernah saya dengar, seharusnya TV yang meningkatkan kualitasnya, bukan mengikuti kualitas pasar. Makanya terjadi penurunan kualitas.
Simpulan
Perlu adanya satu definisi/persepsi mengenai “kualitas” dan “mendidik”. Pada kenyataanya ternyata kualitas yang ada mengikuti pasar. Kualitas ini bersifat subjektif. Kemungkinan netizen menganggap tidak berkualitas itu karena cara pandang dan pemahaman mengenai dunia pertelevisian. Dengan melihat bagaimana sebagian cara televisi bekerja sebagai bisnis secara garis besar, dapat dilihat pertimbangannya dalam menentukan kualitas acara. Dengan pemahaman dari berbagai sudut pandang, dapat diketahui apa alasan dan tujuan acara-acara (yang dianggap tidak berkualitas) itu ditayangkan. Setelah mengetahui alasan dan tujuan, kita dapat menentukan solusi lain yang lebih baik dan cocok. Solusi berupa peningkatan kualitas TV sebagai media siara utama.
Tinggalkan komentar di bawah jika ada pertanyaan, tanggapan, ataupun sanggahan. Jangan lupa berlangganan blog Edukasi Bercerita untuk mendapatkan notifikasi terbaru seputar pendidikan setiap pekannya.
Referensi
Comentarios