
Standar Ganda Masyarakat terhadap Pelecehan Seksual
- Dewisri Mulyanita
- Jan 16, 2022
- 2 min read

Diera digital, komunikasi antar masyarakat menjadi lebih mudah dengan ditawarkannya platform media sosial sebagai wadah. Arus informasi semakin cepat dan beragam. Seringkali media sosial dijadikan sebagai tempat melampiaskan perasaan yang tidak bisa dikatakan di dunia nyata, atau biasa disebut dengan speak up.
Tidak sedikit pula penyitas pelecehan seksual yang speak up di media sosial. Banyak yang mengomentarinya dengan pandangan positif bahkan negatif. Tidak jarang komentar yang diberikan itu berstandar ganda, tergantung pada jenis kelamin penyitas. Bagaimana standar ganda dalam permasalahan pelecehan seksual oleh masyarakat awam?
Apa itu double standard atau standar ganda?
Standar ganda adalah sebuah keadaan saat seseorang/sekelompok orang menilai, bereaksi, berperilaku, ataupun bersikap berbeda terhadap suatu kelompok tertentu dengan kasus yang serupa. Hal ini dapat terjadi di media sosial maupun dunia nyata. Keadaan ini sering terjadi dikehidupan bermasyarakat secara sadar maupun tidak. Kelompok yang paling sering dibeda-bedakan adalah kaum lelaki dan perempuan.
Bagaimana standar ganda muncul?
Standar ganda berasal dari perilaku manusia untuk membuat batasan dan aturan secara rasional terhadap sesuatu. Dilihat dari sejarah, batasan-batasan diciptakan oleh sekelompok orang yang merasa memiliki derajat yang lebh tinggi dibanding dengan kelompok lainnya. Lahir dari egoisme kelompok tersebut yang sebenarnya bersifat rancu. Perasaan tidak bisa menjadi ukuran pasti.
Standar ganda dalam pelecehan seksual
Dapat dilihat dengan jelas standar ganda masyarakat terhadap pelecehan seksual. Dengan melihat tanggapan-tanggapan negatif masyarakat kepada penyitas, seperti:
“perempuan itu pakai baju yang sangat terbuka, jadi gak heran bisa terjadi kecelakaan ini”
“laki-laki dipegang sedikit mah bukan pelecehan”
Darimana kita bisa melihat standar ganda itu? dapat dilihat dari komentar yang tidak sesuai/sejalan/relevan dengan kenyataan yang ada. Mengkaitkan permasalahan utama dengan image atau stigma kelompok (jenis kelamin) milik penyitas. Padahal masih banyak kemungkinan lain yang lebih relevan dengan kasusnya secara spesifik.
Contohnya:
“perempuan itu pakai baju yang sangat terbuka, jadi gak heran bisa terjadi kecelakaan ini”
Padahal, kenyataannya, penyitas pelecehan seksual tidak hanya yang berpakaian terbuka. Masih banyak hal lain yang bisa menjadi faktor penyebab pelecehan seksual. Jadi, sebaiknya tidak mengambil kesimpulan tanpa riset mendalam terhadap sebuah kasus.
Solusi
Dari pihak yang memiliki kuasa lebih, dapat berkontribusi sebagai pendukung atau penyelenggaran pendidikan untuk mengubah mindset masyarakat awam.
Dari kita sebagai masyarakat umum, perlu mengubah mindset dirinya terlebih dahulu. Jika mampu, mempengaruhi hal baik untuk mengubah mindset standar ganda ini. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah lebih berhati-hati dalam berkata-kata. Kemudian, perlu juga untuk menambah wawasan dan melihat dari perspektif lain berdasarkan data dan fakta yang relevan dengan masalah yang ada.
Daftar Pustaka
Comments